Jumat, 21 Oktober 2016

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL DAN INDIVIDU


ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu budaya dan sosial
dengan dosen Dedy Kusnaendar, M.Si
oleh 
saya sendiri
Description: C:\Users\Planet Setup\Desktop\ykcgAAAABJRU5ErkJggg==.png

TEKNIK PERMINYAKAN
AKADEMI MIGAS BALONGAN
INDRAMAYU

2016

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia dapat dilihat sebagai makhluk pribadi, sedangkan disisi lain dipandang sebagai makhluk social. Paham individualism memandang bahwa manusia semata mata sebagai makhluk pribadi mengesampingkan kodratnya sebagai makhluk sosial. Sebaliknya pandangan sosialisme menyatakan manusia adalah makhluk sosial. Sedangakan pandangan Negeri Indonesia menyatakan bahwa manusia adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk social.
Sebagai makhluk sosial, manusia akan berinteraksi dengan manusia lain sebagai wujud interaksi sosial. Sebagai makhluk pribadi dan sosial manusia akan mengahadapi dilemma dalam rangka pemenuhan antara kepentingan diri dan kepentingan masyarakat.
 Dalam makalah ini akan diuraikan dan membahas tentang hakikat manusia sebagai makhluk individu dan sosial, fungsi dan peranan manusia sebagai makhluk individu dan sosial, dan dilemma antara kepentingan individu dan masyarakat.


1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa definisi dari manusia; manusia sebagai makhluk individu; dan manusia sebagai makhluk sosial ?
b.      Bagaimana hakekat manusia sebagai makhluk individu dan sosial berlangsung ?
c.       Mengapa manusia sebagai makhluk individu dan sosial memerlukan adanya interaksi sosial dan sosialisasi dalam kehidupan sehari hari ?
d.      Bagaimana peranan manusia sebagai makhluk individu dan sosial dalam kehidupan bermasyarakat sehari hari ?

1.3  Tujuan dan Manfaat
Tujuan Pembuatan makalah :
1.      Menganalisa hakikat manusia sebagai makhluk individu dan sosial
2.      Memerinci kepentingannya sebagai makhluk individu dan sosial 
3.      Mengemukakan perannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
4.      Menunjukan interaksi sosial yang terjadi di masyarakat

Manfaat Pembuatan Makalah :
1.      Memberikan pemahaman mengenai hakikat manusia sebagai makhluk individu dan sosial
2.      Menyampaikan potensi adanaya interaksi manusia sebagai makhluk individu dan  sosial terhadap lingkungan hidup bermasyarakat



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian manusia sebagai Makhluk Individu dan sosial
A. Pengertian manusia sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari bahasa latin individium yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang di pakai untuk menyatakan satu kesatuan paling kecil dan terbatas. Menurut pendapat Dr. A. Lysen , kata individu bukan berarti manusia secara keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan terbatas, yaitu perseorangan manusia.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, serta unsur raga dan jiwa. Secara biologis, manusia lahir dengan kelengkapan fisik, tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun, secara rohaniah sangat berbeda dengan makhluk hewani apapun. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
Setiap manusia memiliki perbedaan.hal itu dikarenakan manusia memiliki karakteristik sendiri.ia memiliki sifat, watak, keinginan, kebutuhan, dan cita-cita yang berbeda satu sama lainya karena Tuhan memciptakan manusia dengan ciri dan karakteristik yang berbeda-beda,setiap orang berbeda walaupun kembar dalam hal fisik pun. Jadi, meskipun banyak persamaan hakiki antarindividu, tetap tidak ada dua individu yang sama.
Pada dasarnya, kegiatan atau aktivitas seseorang ditujukan untuk memenuhi kepentingan diri dan kebutuhan diri. Sebagai makhluk dengan kesatuan jiwa dan raga, maka aktivitas individu adalah untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan jiwa, rohani atau psikologis, serta kebutuhan jasmani atau biologis. Pemenuhan kebutuhan tersebut adalah dalam rangka menjalani kehidupannya.
Pandangan yang mengembangkan pemikiran bahwa manusia pada dasarnya adalah individu yang bebas dan merdeka adalah paham individualism. Paham individualism menekankan pada kekhususan, martabat, hak, dan kebebasan orang per orang. Manusia sebagai individu yang bebas dan merdeka tidak terikat apa pun dengan masyarakat ataupun Negara. Manusia bias berkembang dan sejahtera hidupnya serta berlanjut apabila dapat bekerja secara bebas dan berbuat apa saja untuk memperbaiki dirinya sendiri.

B.  Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Manusia dalam menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lain. Hal ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memenuhinya sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lain membentuk kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup.
Sejak manusia dilahirkan ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain terutama dalam hal kebutuhan makan dan minum. Pada usia bayi, ia sudah menjalin hubungan terutama dengan ayah dan ibu, dalam bentuk gerakan, senyuman, dan kata-kata. Pada usia 4 tahun, ia mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya dan melakukan kontak sosial. Pada usia-usia selanjutnya, ia terikat dengan norma-norma pergaulan dengan lingkungan yang semakin luas.
Manusia sejak lahir dipelihara dan dibesarkan dalam suatu masyarakat terkecil yaitu keluarga. Keluarga terbentuk karena adanya pergaulan antaranggota sehingga dapat dikatakan bahwa berkeluarga merupakan kebutuhan manusia. Esensinya, manusia memerlukan orang lain atau hidup dalam kelompoknya.
Dalam sejarah perkembangan manusia tidak terdapat seorang pun yang hidup menyendiri, terpisah dari kelompok manusia lainnya. Hidup menyendiri, terlepas dari pergaulan masyarakat hanya mungkin terjadi dalam dongeng belaka (seperti Tarzan, Robinson Crusoe), namun dalam kenyataannya, hal itu tidak mungkin terjadi.
Aristoteles ( 384-322 SM ) seorang ahli filsafat Yunani kuno menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk social. Manusia itu sebagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat. Karena sifatnya yang ingin bergaul satu sama lain, maka manusia disebut sebagai makhluk social. Manusia lahir, hidup berkembang dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Sebagai individu, manusia tidak dapat mencapai segala sesuatu yang diinginkan dengan mudah tanpa bantuan orang lain.
Adapun yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat antara lain karena adanya dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia, misalnya :
a.       Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum
b.      Hasrat untuk membela diri
c.       Hasrat untuk mengadakan keturunan
Kebutuhan akan makanan dan minuman termasuk kebutuhan primen untuk segala makhluk hidup baik hewan maupun manusia. Dalam usaha untuk mendapatkan keperluan hidupnya manusia perlu bantuan orang lain. Hidup sendiri akan menimbulkan kesulitan. Setiap usaha akan lebih mudah bila dikerjakan bersama-sama.
Dalam kenyataannya kita meihat orang memburu hewan, menangkap ikan, bercocok tanam, dan sebagainya dilakukan secara bersama-sama. Sejak manusia dilahirkan, ia mempunyai dua keinginan pokok yaitu :
a.       Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya
b.      Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Paham yang mengemabngkan pentingnya aspek social kehidupan manusia adalah sosialisme. Sosialisme memberi resksi lebih pada manusia sebagai makhluk sosial. Sosialisme merupakan reaksi atas sistem liberalism yang dilahirkan oleh paham individualism. Adanya persaingan bebas dalam kapitalisme akan menindas orang-orang yang tidak memiliki modal dan orang-orang miskin. Dalam sistem ekonomi sosialis, setiap orang memiliki kewajiban memberi kepada masyarakat, dan masyarakat berhak menerima hasilnya sesuai dengan karyanya.
Namun, sosialisme dalam bentuk ekstrem dapat berkembang kearah komunisme. Dalam komunisme, hak milik individu dihapuskan, diganti menjadi kepemilikan bersama. Komunisme berpandangan bahwa semua orang mendapatkan apa yang sesuai dengan kebutuhannya. Walaupun begitu, baik sosialisme maupun komunisme bertujuan sama, yaitu ingin membentuk masyarakat sosialis.
Perbedan antara sosialisme dan komunisme terletak pada cara yang digunakan untuk mengubah masyarakat kapitalis liberal menjadi masyarakat sosialis. Paham sosialisme berpendapat bahwa perubahan dapat dilakukan dengan cara-cara damai dan demokratis, sedangkan komunisme berpendapat bahwa perubahan masyarakat sosialis harus dilakukan dengan cara revolusi, yaitu menghancurkan system kapitalisme liberal. Untuk itu, diperlukan pemerintahan dictator proletariat dalam masa transisi perubahan masyarakat.

2.2 Hakikat dan habitat manusia sebagai makluk individu dan sosial
            Unsur-unsur hakikat manusia terdiri dari hal-hal berikut.
1.      Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
2.      Sifat kodrat terdiri atas makhluk individu dan sosial
3.      Kedudukan kodat terdiri atas makhluk sendiri dan makhluk tuhan.

Berdasarkan pembedaan demikian maka manusia sebagai nmakhluk individu dan sosial adalah hakikat manusia berdasarkan sifat-sifat kodrat yang melekat pada dirinya. Berdasarkan unsur hakikat manusia diatas, Notonagoro (1975) mengatakan bahwa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial merupakan sifat kodrat dai manuia.dan Frans Magnis Suseno (2001) menyatakan bahwa manusia adalah individu secara hakiki bersifat sosial.[1]
Adapun tempat atau habitat manusia sebagai makhluk individu artinya manusia sebagai makhluk hidup atau makhluk individu maksudnya tiap manusia berhak atas milik pribadinya sendiri dan bisa disesuaikan dengan lingkungan sekitar. Manusia individu adalah subyek yang mengalami kondisi manusia. Ini diikatkan dengan lingkungannya melalui indera mereka dan dengan masyarakat melalui kepribadian mereka, jenis kelamin mereka serta status sosial.
Selama kehidupannya, ia berhasil melalui tahap bayi, kanak-kanak, remaja, kematangan dan usia lanjut. Deklarasi universal untuk hak asasi diadakan untuk melindungi hak masing-masing individu. Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya baik dan sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambil.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya tiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi.  Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup sejenisnya.[2]

2.3 Interaksi Sosial dan Sosialisasi dalam Kehidupan Manusia
A. Interaksi Sosial
         Hubungan sosial atau interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu yang satu dengan individu yang lain, saling mempengaruhi timbal balik dan didasarkan pada kesadaran untuk saling tolong menolong.seorang melakukan hubungan sosial secara naluri di dorong oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar dirinya

Faktor internal terjadinya hubungan sosial adalah sebagai berikut :
a.       Keinginan untuk meneruskan atau mengembangkan keturunan dengan melalui perkawinan antara dua orang yang berlainan jenis saling tertarik dan berinteraksi
b.      Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup karena manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhanya
c.       Keinginan untuk mempertahankan hidup terutama menghadap serangan dari apapun.
d.      Keinginan untuk melakukan komunikasi dengan sesama

Faktor eksternal terjadinya hubungan sosial sebagai berikut :
1.   Simpati
simpati menjadi pendorong yang kuat pada diri seseorang untuk melakukan komunikasi interaksi sehingga terjadi pertukaran/nilai pendapat.
2.   Motivasi
motivas muncul biasanya karena rasionalitas, seperti motif ekonomis, motif popularitas, atau politik.motivasi juga dapat muncul dari pengaruh lain.
3.   Sugesti
pengaruh sugesti ini muncul tiba tiba dan tanpa adanya pemikiran untuk mempertimbangkan terlebih dahulu.sugesti akan mendorong individu untuk melakukan suatu interaksi social
4.   Imitasi
imitasi muncul karena minat, perhatian atau sikap mengagumi terhadap orang lain  yang dianggap cocok atau sesuai
5.   Identitas
suatu dorongan untuk menjadikan dirinya idntik atau sama dengan orang lain. Identifikasi karena terikat oleh suatu aturan yang mngharuskan seseorang menyesuaikan diri seperti orang lain,atau atas dasar kesenangan sehingga tertarik menyesuaikan diri.

B. Sosialisasi dalam Kehidupan Manusia sebagai Makhluk  Individu dan Makhluk   Sosial
Menurut Berger sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant member of society” yaitu suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dalam hal ini jelas dikatakan bahwa proses sosialisasi dimulai dari sejak anak usia dini hingga usia seseorang berakhir. Proses sosialisasi terus dilakukan selama kita masih hidup dan masih membutuhkan orang lain.


Jadi dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses dimana seseorang dapat berinteraksi dan berpartisipasi dengan masyarakat yang ada disekitarnya.
Sosialisasi dilakukan oleh semua individu yang bersosial. Ada beberapa pihak yang membantu melaksanakan sosialisasi yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa dan sistem pendidikan. Peran agen utama yaitu orangtua dan keluarga. Orangtua merupakan peran penting bagi anak untuk bersosialisasi. Orang tua merupakan awal dimana kita melakukan interaksi dengan dunia pertama kita. Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan yang paling utama dalam hal pertumbuhan dan perkembangan anak begitupun dengan perkembangan sosialisasi mereka. Maka orang tua hendaknya mengoptimalkan proses sosialisasi pertama untuk anak. Agen yang kedua yaitu kelompok bermain. Kelompok bermain juga tidak kalah pentingnya dengan orang tua. Melalui kelompok bermain anak mulai bisa belajar bersosialisasi secara umum. Bagaimana ia berinteraksi dengan teman sebayanya, bagaimana ia menyelesaikan suatu permasalahan dalam berinteraksi dengan temannya dan juga bagaimana ia bisa memilih teman yang sejalan dengannya. Agen yang ketiga yaitu media massa. Media massa sangat erat kaitannya dengan teknologi yang makin maju dan berkembang. Media massa pun sangat penting untuk sosialisasi dengan hal-hal yang terjadi disekitar kita.
Bentuk sosialisasi dibedakan menjadi dua yaitu :
a.       Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dilakukan oleh seluruh individu sejak ia kecil. Sosialisasi primer tidak ada proses identifikasi dan pada masa inilah dunia pertama anak terbentuk. Sosialisasi primer berakhir ketika konsep tentang orang lain pada umumnya telah terbentuk dan tertanam dalam kesadaran individu. Pada titik ini ia merupakan anggaota efektif masyarakat.
b.      Sosialisasi sekunder adalah proses pembelajaran yang dilakukan oleh individu terhadap lingkungan di luar keluarganya. Sosialisasi sekunder menjadi proses lanjutan dari sosialisasi primer yang telah dilakukan. Dalam hal ini, yang menentukan hasil dari proses sosialisasi ini adalah lingkungan, seperti sekolah, teman bermain atau teman sebaya, masyarakat dan sebagainya. Itu sebabnya sangat penting untuk memilih lingkungan yang baik bagi proses sosialisasi anak, karena lingkungan akan memberi dampak besar bagi kepribadian individu.
Pada dasarnya ada dua pola sosialisasi, yaitu :
Sosialisasi menggunakan pola represi menekankan pada penggunaan hukuman atau kekerasan apabila terdapat dan melakukan kesalahan. Adapun ciri-ciri lain dalam penggunaan proses represi yaitu penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan terhadap orang tua, penekanan terhadap komunikasi satu arah non verbal dan berisi perintah, sosialisasi terhadap orang tua dan keinginan orangtua dan lain-lain.
Sosialisasi secara partisipasi merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan ketika ia berlaku baik , hukuman dan imbalan berupa simbol, anak diberi kebebasan, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, kebutuhan dianggap sangat penting dan lain sebagainya.

2.4 Peran Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Individu
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengahmanusia. Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a.       Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b.      Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c.       Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d.      Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

2.5 Peran Manusia Sebagai Mahkluk Spiritual
Secara fitrah manusia menginginkan “kesatuan dirinya” dengan Tuhan, karena itulah pergerakan dan perjalanan hidup manusia adalah sebuah evolusi spiritual menuju dan mendekat kepada Sang Pencipta. Tujuan mulia itulah yang akhirnya akan mengarahkan dan mengaktualkan potensi dan fitrah tersembunyi manusia untuk digunakan sebagai sarana untuk mencapai “spirituality progress”.
Di masa modern sekarang agama adalah kebutuhan pokok yang tidak bisa lupakan, bahkan tidak sesaat-pun manusia mampu meninggalkan agamanya, yang mana agama adalah pandangan hidup dan praktik penuntun hidup dan kehidupan, sejak lahir sampai mati, bahkan sejak mulai tidaur sampai kembali tidur agama selalu akan memberikan bimbingan, demi menuju hidup sejahtera dunia dan akhirat. Ponsel yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari masyarkat Indonesia bisa menjadi alat bantu untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan melalui fitur-fitur spiritual.
Maraknya penggunaan fitur spiritual ini sebenarnya tak hanya merebak di Indonesia. Menurut Craig Warren Smith, Senior Advisor University of Washington’s Human Interface Technology Laboratory, spiritual computing telah ada di negara-negara lain, seperti penggunaan fitur spiritual untuk umat Budha. Menurut Craig, nantinya fitur spritual akan menjadi faktor penting dalam keagamaan.
Berdasarkan penelitian beberapa ahli dari Georgia Institute of Technology Atlanta dan Computer Science & Engineering, University of Washington tentang Sacred Imagery in Techno-Spiritual Design, biasanya orang memakai fitur spiritual semacam ini untuk mendukung aktivitas ibadah mereka. Misalnya Gospel Spectrum, sebuah sistem visualisasi informasi yang memungkinkan penggunanya mempelajari Bible secara visual. Belum lagi fitur spritual untuk umat Budha dan sebagainya.
Salah satu contoh fitur spiritual yang dekat dengan masyarakat Indonesia saat ini adalah Athan Time. Aplikasi ini mengingatkan penggunanya untuk menjalankan solat lima waktu. Ini merupakan salah satu fitur yang dibuat untuk mendukung praktik techno-spiritual secara efektif. Selain itu, fitur ini juga berfungsi menghubungkan orang dengan pengalaman religius mereka.
Beberapa responden dari penelitian yang dilakukan oleh Susan P. Wyche, Kelly E. Caine, Benjamin K, Davison, Shwetak N. Patel, Michael Arteaga, dan Rebecca E. Grinter menyebutkan, penggunaan fitur spiritual Islami, membuat mereka “melihat dan merasakan” spiritualitas yang ada.
Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi. Kebutuhan maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya.
Lima (5) kebutuhan dasar Maslow – disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial :
1.      Kebutuhan Fisiologis. Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2.      Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan. Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.
3.      Kebutuhan Sosial. Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4.      Kebutuhan Penghargaan. Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
5.      Kebutuhan Aktualisasi Diri. Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya
6.      Menjelang akhir hayatnya, Abraham Maslow menyadari dan menemukan adanya kebutuhan yang lebih tinggi lagi pada sebagian manusia tertentu, yaitu yang disebut sebagai : kebutuhan transcendental. Berbeda dengan kebutuhan lainnya yang bersifa horizontal (berkaitan hubungan antara manusia dengan manusia), maka kebutuhan transcendental lebih bersifat vertikal (berakaitan dengan hubungan manusia dengan Sang Pencipta). Muthahhari, Seorang filsuf muslim dunia yang menghasilkan banyak karya filosofis berharga– pernah menyatakan bahwa manusia itu sejati dan senyatanya adalah sosok makhluk spiritual.
Maka tak aneh kalau kemudian muncul istilah Spritual Quantient (SQ) yang membahas ‘siapa saya’. Istilah SQ menjadi populer melalui buku SQ: Spritual Quotient,The Ultimate Intelligence (London, 2000) karya Danah Zohar dan Ian Marshall, masing-masing dari Harvard University dan Oxford University. SQ diklaim memiliki dasar dan bukti ilmiah. Pakar neurosains pada tahun 1990-an menemukan adanya “Titik Tuhan” atau God Spot di dalam otak. Titik Tuhan ini adalah sekumpulan jaringan saraf yang terletak di daerah lobus temporal otak, bagian yang terletak di balik pelipis. Dari eksperimen yang menggunakan sensor magnetis ditemukan adanya korelasi antara aktivitas berpikir tentang hal sakral seperti kedamaian, cinta, kesatuan, Tuhan dengan aktivitas magnet pada lobus temporal otak.













BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
  1. Manusia sebagai mahluk individu artinya manusia merupakan satu kesatuan antara jasmani dan rohani. Seseorang dikatakan sebagai individu apabila kedua unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
  2. Selain sebagai makhluk individu juga, manusia adalah makhluk sosial. Salah satunya dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain yang satu sama lain saling membutuhkan. Untuk menjadi pribadi yang bermakhluk sosial setiap individu dihadapkan dengan sosialisasi, yaitu suatu proses  dimana seseorang belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
  3. Adapun yang dimaksud masyarakat setempat atau komunitas berbeda dengan masyarakat. Masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedang masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh kawasan tertentu. Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuannya lebih erat pada masyarakat setempat dibandingkan dengan masyrakat.
  4. Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu dihadapkan oleh dua kepentingan yaitu kepentingan individu dan sosial. Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang berkembang yaitu pandangan individualisme dan pandangan sosialisme. Sebetulnya kedua kepentingan tersebut tidak dapat dipisahkan dan bukanlah pilihan.






3.2   Saran
          Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
  1. Setiap individu hendaknya sadar bahwa mereka adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga mereka mampu menghargai satu sama lain dalam arti tidak mengambil hak orang lain ketika bertindak sebagai makhluk sosial dan sebaliknya.
  2. Dalam upaya pendidikan hendaknya para pendidik harus menghormati keindividualitasan, karakteristik, keunikan dan kepribadian anak. pendidikan tidak boleh memaksa anak untuk mengikuti dan menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri anak ada suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri.
  3. Pembentukan proses sosialisasi pada anak dalam interaksi sosial hendaknya harus didukung oleh semua pihak. Keluarga, lingkungan masyarakat juga tenaga pendidik harus membantu menstimulasinya.
  4. Kesempatan berinteraksi akan sangat dibutuhkan oleh anak dalam bersosialisasi dengan orang lain. Hendaknya kita sebagai calon guru dan calon ibu harus sadar bahwa pemberitahuan, pemberian contoh dan pembiasaan sangat penting dan dibutuhkan dalam bersosialisasi dengan orang lain dimasyarakat.


[1] Sumber: buku ilmu sosial & budaya dasar (drs.Herimanto, M.Pd., M.si, Winarno, S.Pd., M.Si)
[2] Sumber: Diposkan 27th March 2012 oleh tantijs blog's


BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
  1. Manusia sebagai mahluk individu artinya manusia merupakan satu kesatuan antara jasmani dan rohani. Seseorang dikatakan sebagai individu apabila kedua unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
  2. Selain sebagai makhluk individu juga, manusia adalah makhluk sosial. Salah satunya dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain yang satu sama lain saling membutuhkan. Untuk menjadi pribadi yang bermakhluk sosial setiap individu dihadapkan dengan sosialisasi, yaitu suatu proses  dimana seseorang belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
  3. Adapun yang dimaksud masyarakat setempat atau komunitas berbeda dengan masyarakat. Masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedang masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh kawasan tertentu. Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuannya lebih erat pada masyarakat setempat dibandingkan dengan masyrakat.
  4. Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu dihadapkan oleh dua kepentingan yaitu kepentingan individu dan sosial. Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang berkembang yaitu pandangan individualisme dan pandangan sosialisme. Sebetulnya kedua kepentingan tersebut tidak dapat dipisahkan dan bukanlah pilihan.


3.2   Saran
          Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
  1. Setiap individu hendaknya sadar bahwa mereka adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga mereka mampu menghargai satu sama lain dalam arti tidak mengambil hak orang lain ketika bertindak sebagai makhluk sosial dan sebaliknya.
  2. Dalam upaya pendidikan hendaknya para pendidik harus menghormati keindividualitasan, karakteristik, keunikan dan kepribadian anak. pendidikan tidak boleh memaksa anak untuk mengikuti dan menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri anak ada suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri.
  3. Pembentukan proses sosialisasi pada anak dalam interaksi sosial hendaknya harus didukung oleh semua pihak. Keluarga, lingkungan masyarakat juga tenaga pendidik harus membantu menstimulasinya.
  4. Kesempatan berinteraksi akan sangat dibutuhkan oleh anak dalam bersosialisasi dengan orang lain. Hendaknya kita sebagai calon guru dan calon ibu harus sadar bahwa pemberitahuan, pemberian contoh dan pembiasaan sangat penting dan dibutuhkan dalam bersosialisasi dengan orang lain dimasyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar