ditujukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu budaya dan sosial
dengan
dosen Dedy Kusnaendar, M.Si
oleh
saya sendiri
TEKNIK PERMINYAKAN
AKADEMI MIGAS BALONGAN
INDRAMAYU
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada
hakikatnya manusia dapat dilihat sebagai makhluk pribadi, sedangkan disisi lain
dipandang sebagai makhluk social. Paham individualism memandang bahwa manusia
semata mata sebagai makhluk pribadi mengesampingkan kodratnya sebagai makhluk
sosial. Sebaliknya pandangan sosialisme menyatakan manusia adalah makhluk
sosial. Sedangakan pandangan Negeri Indonesia menyatakan bahwa manusia adalah
makhluk pribadi sekaligus makhluk social.
Sebagai
makhluk sosial, manusia akan berinteraksi dengan manusia lain sebagai wujud
interaksi sosial. Sebagai makhluk pribadi dan sosial manusia akan mengahadapi
dilemma dalam rangka pemenuhan antara kepentingan diri dan kepentingan
masyarakat.
Dalam makalah ini akan diuraikan dan membahas
tentang hakikat manusia sebagai makhluk individu dan sosial, fungsi dan peranan
manusia sebagai makhluk individu dan sosial, dan dilemma antara kepentingan
individu dan masyarakat.
1.2 Rumusan
Masalah
a.
Apa definisi dari manusia; manusia
sebagai makhluk individu; dan manusia sebagai makhluk sosial ?
b.
Bagaimana hakekat manusia sebagai
makhluk individu dan sosial berlangsung ?
c.
Mengapa manusia sebagai makhluk individu
dan sosial memerlukan adanya interaksi sosial dan sosialisasi dalam kehidupan
sehari hari ?
d.
Bagaimana peranan manusia sebagai
makhluk individu dan sosial dalam kehidupan bermasyarakat sehari hari ?
1.3 Tujuan
dan Manfaat
Tujuan Pembuatan
makalah :
1.
Menganalisa hakikat manusia sebagai
makhluk individu dan sosial
2.
Memerinci kepentingannya sebagai makhluk
individu dan sosial
3.
Mengemukakan perannya sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial
4.
Menunjukan interaksi sosial yang terjadi
di masyarakat
Manfaat Pembuatan
Makalah :
1.
Memberikan pemahaman mengenai hakikat
manusia sebagai makhluk individu dan sosial
2.
Menyampaikan potensi adanaya interaksi
manusia sebagai makhluk individu dan
sosial terhadap lingkungan hidup bermasyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian manusia sebagai Makhluk Individu dan sosial
A.
Pengertian manusia sebagai Makhluk Individu
Individu berasal
dari bahasa latin individium yang
artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang di pakai untuk
menyatakan satu kesatuan paling kecil dan terbatas. Menurut pendapat Dr. A.
Lysen , kata individu bukan berarti manusia secara keseluruhan yang tak dapat
dibagi, melainkan sebagai kesatuan terbatas, yaitu perseorangan manusia.
Manusia sebagai
makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis,
serta unsur raga dan jiwa. Secara biologis, manusia lahir dengan kelengkapan
fisik, tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun, secara rohaniah sangat
berbeda dengan makhluk hewani apapun. Seseorang dikatakan sebagai manusia
individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
Setiap manusia
memiliki perbedaan.hal itu dikarenakan manusia memiliki karakteristik
sendiri.ia memiliki sifat, watak, keinginan, kebutuhan, dan cita-cita yang
berbeda satu sama lainya karena Tuhan memciptakan manusia dengan ciri dan
karakteristik yang berbeda-beda,setiap orang berbeda walaupun kembar dalam hal
fisik pun. Jadi, meskipun banyak persamaan hakiki antarindividu, tetap tidak
ada dua individu yang sama.
Pada dasarnya,
kegiatan atau aktivitas seseorang ditujukan untuk memenuhi kepentingan diri dan
kebutuhan diri. Sebagai makhluk dengan kesatuan jiwa dan raga, maka aktivitas
individu adalah untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan jiwa, rohani atau
psikologis, serta kebutuhan jasmani atau biologis. Pemenuhan kebutuhan tersebut
adalah dalam rangka menjalani kehidupannya.
Pandangan yang
mengembangkan pemikiran bahwa manusia pada dasarnya adalah individu yang bebas
dan merdeka adalah paham individualism. Paham individualism menekankan pada
kekhususan, martabat, hak, dan kebebasan orang per orang. Manusia sebagai
individu yang bebas dan merdeka tidak terikat apa pun dengan masyarakat ataupun
Negara. Manusia bias berkembang dan sejahtera hidupnya serta berlanjut apabila
dapat bekerja secara bebas dan berbuat apa saja untuk memperbaiki dirinya
sendiri.
B.
Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai
individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Manusia dalam menjalani
kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lainnya.
Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lain. Hal
ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat
memenuhinya sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lain membentuk
kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup.
Sejak manusia
dilahirkan ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain terutama dalam hal
kebutuhan makan dan minum. Pada usia bayi, ia sudah menjalin hubungan terutama
dengan ayah dan ibu, dalam bentuk gerakan, senyuman, dan kata-kata. Pada usia 4
tahun, ia mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya dan melakukan kontak sosial.
Pada usia-usia selanjutnya, ia terikat dengan norma-norma pergaulan dengan
lingkungan yang semakin luas.
Manusia sejak
lahir dipelihara dan dibesarkan dalam suatu masyarakat terkecil yaitu keluarga.
Keluarga terbentuk karena adanya pergaulan antaranggota sehingga dapat
dikatakan bahwa berkeluarga merupakan kebutuhan manusia. Esensinya, manusia
memerlukan orang lain atau hidup dalam kelompoknya.
Dalam sejarah
perkembangan manusia tidak terdapat seorang pun yang hidup menyendiri, terpisah
dari kelompok manusia lainnya. Hidup menyendiri, terlepas dari pergaulan
masyarakat hanya mungkin terjadi dalam dongeng belaka (seperti Tarzan, Robinson
Crusoe), namun dalam kenyataannya, hal itu tidak mungkin terjadi.
Aristoteles (
384-322 SM ) seorang ahli filsafat Yunani kuno menyatakan dalam ajarannya,
bahwa manusia adalah zoon politicon
artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk social. Manusia itu sebagai makhluk,
pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat. Karena sifatnya yang ingin
bergaul satu sama lain, maka manusia disebut sebagai makhluk social. Manusia
lahir, hidup berkembang dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Sebagai
individu, manusia tidak dapat mencapai segala sesuatu yang diinginkan dengan
mudah tanpa bantuan orang lain.
Adapun yang
menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat antara lain karena adanya
dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia, misalnya :
a.
Hasrat untuk memenuhi keperluan makan
dan minum
b.
Hasrat untuk membela diri
c.
Hasrat untuk mengadakan keturunan
Kebutuhan
akan makanan dan minuman termasuk kebutuhan primen untuk segala makhluk hidup
baik hewan maupun manusia. Dalam usaha untuk mendapatkan keperluan hidupnya
manusia perlu bantuan orang lain. Hidup sendiri akan menimbulkan kesulitan.
Setiap usaha akan lebih mudah bila dikerjakan bersama-sama.
Dalam
kenyataannya kita meihat orang memburu hewan, menangkap ikan, bercocok tanam,
dan sebagainya dilakukan secara bersama-sama. Sejak manusia dilahirkan, ia mempunyai
dua keinginan pokok yaitu :
a.
Keinginan untuk menjadi satu dengan
manusia di sekelilingnya
b.
Keinginan untuk menjadi satu dengan
suasana alam sekelilingnya.
Paham
yang mengemabngkan pentingnya aspek social kehidupan manusia adalah sosialisme.
Sosialisme memberi resksi lebih pada manusia sebagai makhluk sosial. Sosialisme
merupakan reaksi atas sistem liberalism yang dilahirkan oleh paham
individualism. Adanya persaingan bebas dalam kapitalisme akan menindas
orang-orang yang tidak memiliki modal dan orang-orang miskin. Dalam sistem
ekonomi sosialis, setiap orang memiliki kewajiban memberi kepada masyarakat,
dan masyarakat berhak menerima hasilnya sesuai dengan karyanya.
Namun,
sosialisme dalam bentuk ekstrem dapat berkembang kearah komunisme. Dalam
komunisme, hak milik individu dihapuskan, diganti menjadi kepemilikan bersama.
Komunisme berpandangan bahwa semua orang mendapatkan apa yang sesuai dengan
kebutuhannya. Walaupun begitu, baik sosialisme maupun komunisme bertujuan sama,
yaitu ingin membentuk masyarakat sosialis.
Perbedan antara
sosialisme dan komunisme terletak pada cara yang digunakan untuk mengubah
masyarakat kapitalis liberal menjadi masyarakat sosialis. Paham sosialisme
berpendapat bahwa perubahan dapat dilakukan dengan cara-cara damai dan
demokratis, sedangkan komunisme berpendapat bahwa perubahan masyarakat sosialis
harus dilakukan dengan cara revolusi, yaitu menghancurkan system kapitalisme
liberal. Untuk itu, diperlukan pemerintahan dictator proletariat dalam masa
transisi perubahan masyarakat.
2.2 Hakikat dan habitat manusia sebagai makluk
individu dan sosial
Unsur-unsur hakikat manusia terdiri dari hal-hal
berikut.
1. Susunan kodrat manusia
terdiri atas jiwa dan raga
2. Sifat kodrat terdiri atas
makhluk individu dan sosial
3. Kedudukan kodat terdiri atas
makhluk sendiri dan makhluk tuhan.
Berdasarkan pembedaan
demikian maka manusia sebagai nmakhluk individu dan sosial adalah hakikat
manusia berdasarkan sifat-sifat kodrat yang melekat pada dirinya. Berdasarkan
unsur hakikat manusia diatas, Notonagoro (1975) mengatakan bahwa sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial merupakan sifat kodrat dai manuia.dan Frans
Magnis Suseno (2001) menyatakan bahwa manusia adalah individu secara hakiki
bersifat sosial.[1]
Adapun tempat atau habitat manusia sebagai makhluk individu artinya manusia
sebagai makhluk hidup atau makhluk individu maksudnya tiap manusia berhak atas
milik pribadinya sendiri dan bisa disesuaikan dengan lingkungan sekitar. Manusia individu adalah
subyek yang mengalami kondisi manusia. Ini diikatkan dengan lingkungannya
melalui indera mereka dan dengan masyarakat melalui kepribadian mereka, jenis kelamin
mereka serta status sosial.
Selama kehidupannya, ia berhasil melalui
tahap bayi, kanak-kanak, remaja, kematangan dan usia lanjut. Deklarasi
universal untuk hak asasi diadakan untuk melindungi hak masing-masing individu.
Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa
yang menurutnya baik dan sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambil.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan
lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini
berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya
tiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan
berinteraksi. Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling
berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.Manusia
bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk
menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup
sejenisnya.[2]
2.3 Interaksi Sosial dan Sosialisasi dalam Kehidupan Manusia
A. Interaksi Sosial
Hubungan sosial atau interaksi sosial
adalah hubungan timbal balik antara individu yang satu dengan individu yang
lain, saling mempengaruhi timbal balik dan didasarkan pada kesadaran untuk
saling tolong menolong.seorang melakukan hubungan sosial secara naluri di
dorong oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar dirinya
Faktor internal terjadinya hubungan
sosial adalah sebagai berikut :
a. Keinginan untuk meneruskan atau mengembangkan
keturunan dengan melalui perkawinan antara dua orang yang berlainan jenis
saling tertarik dan berinteraksi
b. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup karena
manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhanya
c. Keinginan untuk mempertahankan hidup terutama
menghadap serangan dari apapun.
d. Keinginan untuk melakukan komunikasi dengan sesama
Faktor
eksternal terjadinya hubungan sosial sebagai berikut :
1.
Simpati
simpati menjadi pendorong yang kuat pada diri seseorang untuk melakukan komunikasi interaksi sehingga terjadi pertukaran/nilai pendapat.
simpati menjadi pendorong yang kuat pada diri seseorang untuk melakukan komunikasi interaksi sehingga terjadi pertukaran/nilai pendapat.
2.
Motivasi
motivas muncul biasanya karena rasionalitas, seperti motif ekonomis, motif popularitas, atau politik.motivasi juga dapat muncul dari pengaruh lain.
motivas muncul biasanya karena rasionalitas, seperti motif ekonomis, motif popularitas, atau politik.motivasi juga dapat muncul dari pengaruh lain.
3.
Sugesti
pengaruh sugesti ini muncul tiba tiba dan tanpa adanya pemikiran untuk mempertimbangkan terlebih dahulu.sugesti akan mendorong individu untuk melakukan suatu interaksi social
pengaruh sugesti ini muncul tiba tiba dan tanpa adanya pemikiran untuk mempertimbangkan terlebih dahulu.sugesti akan mendorong individu untuk melakukan suatu interaksi social
4.
Imitasi
imitasi muncul karena minat, perhatian atau sikap mengagumi terhadap orang lain yang dianggap cocok atau sesuai
imitasi muncul karena minat, perhatian atau sikap mengagumi terhadap orang lain yang dianggap cocok atau sesuai
5. Identitas
suatu dorongan untuk menjadikan dirinya idntik atau sama dengan orang lain. Identifikasi karena terikat oleh suatu aturan yang mngharuskan seseorang menyesuaikan diri seperti orang lain,atau atas dasar kesenangan sehingga tertarik menyesuaikan diri.
suatu dorongan untuk menjadikan dirinya idntik atau sama dengan orang lain. Identifikasi karena terikat oleh suatu aturan yang mngharuskan seseorang menyesuaikan diri seperti orang lain,atau atas dasar kesenangan sehingga tertarik menyesuaikan diri.
B. Sosialisasi dalam
Kehidupan Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
Menurut Berger sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a
participant member of society” yaitu suatu proses dimana seorang anak
belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dalam hal
ini jelas dikatakan bahwa proses sosialisasi dimulai dari sejak anak usia dini
hingga usia seseorang berakhir. Proses sosialisasi terus dilakukan selama kita
masih hidup dan masih membutuhkan orang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses
dimana seseorang dapat berinteraksi dan berpartisipasi dengan masyarakat yang
ada disekitarnya.
Sosialisasi dilakukan oleh semua individu yang
bersosial. Ada beberapa pihak yang membantu melaksanakan sosialisasi yaitu
keluarga, kelompok bermain, media massa dan sistem pendidikan. Peran agen utama
yaitu orangtua dan keluarga. Orangtua merupakan peran penting bagi anak untuk
bersosialisasi. Orang tua merupakan awal dimana kita melakukan interaksi dengan
dunia pertama kita. Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan yang paling
utama dalam hal pertumbuhan dan perkembangan anak begitupun dengan perkembangan
sosialisasi mereka. Maka orang tua hendaknya mengoptimalkan proses sosialisasi
pertama untuk anak. Agen yang kedua yaitu kelompok bermain. Kelompok bermain
juga tidak kalah pentingnya dengan orang tua. Melalui kelompok bermain anak
mulai bisa belajar bersosialisasi secara umum. Bagaimana ia berinteraksi dengan
teman sebayanya, bagaimana ia menyelesaikan suatu permasalahan dalam
berinteraksi dengan temannya dan juga bagaimana ia bisa memilih teman yang
sejalan dengannya. Agen yang ketiga yaitu media massa. Media massa sangat erat
kaitannya dengan teknologi yang makin maju dan berkembang. Media massa pun
sangat penting untuk sosialisasi dengan hal-hal yang terjadi disekitar kita.
Bentuk sosialisasi dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang
dilakukan oleh seluruh individu sejak ia kecil. Sosialisasi primer tidak ada
proses identifikasi dan pada masa inilah dunia pertama anak terbentuk.
Sosialisasi primer berakhir ketika konsep tentang orang lain pada umumnya telah
terbentuk dan tertanam dalam kesadaran individu. Pada titik ini ia merupakan
anggaota efektif masyarakat.
b. Sosialisasi sekunder adalah proses
pembelajaran yang dilakukan oleh individu terhadap lingkungan di luar
keluarganya. Sosialisasi sekunder menjadi proses lanjutan dari sosialisasi primer
yang telah dilakukan. Dalam hal ini, yang menentukan hasil dari proses
sosialisasi ini adalah lingkungan, seperti sekolah, teman bermain atau teman
sebaya, masyarakat dan sebagainya. Itu sebabnya sangat penting untuk memilih
lingkungan yang baik bagi proses sosialisasi anak, karena lingkungan akan
memberi dampak besar bagi kepribadian individu.
Pada dasarnya ada dua pola sosialisasi, yaitu :
Sosialisasi menggunakan pola represi menekankan pada penggunaan hukuman
atau kekerasan apabila terdapat dan melakukan kesalahan. Adapun ciri-ciri lain
dalam penggunaan proses represi yaitu penggunaan materi dalam hukuman dan
imbalan, penekanan terhadap orang tua, penekanan terhadap komunikasi satu arah
non verbal dan berisi perintah, sosialisasi terhadap orang tua dan keinginan
orangtua dan lain-lain.
Sosialisasi secara partisipasi merupakan pola yang
didalamnya anak diberi imbalan ketika ia berlaku baik , hukuman dan imbalan
berupa simbol, anak diberi kebebasan, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi
pusat sosialisasi, kebutuhan dianggap sangat penting dan lain sebagainya.
2.4 Peran Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Individu
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau
makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai
makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan
masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam
berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat
dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada
diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan
orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak
hidup di tengah-tengahmanusia. Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan
sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari
orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan
orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di
tengah-tengah manusia.
2.5 Peran Manusia Sebagai Mahkluk Spiritual
Secara fitrah
manusia menginginkan “kesatuan dirinya” dengan Tuhan, karena itulah pergerakan
dan perjalanan hidup manusia adalah sebuah evolusi spiritual menuju dan
mendekat kepada Sang Pencipta. Tujuan mulia itulah yang akhirnya akan
mengarahkan dan mengaktualkan potensi dan fitrah tersembunyi manusia untuk
digunakan sebagai sarana untuk mencapai “spirituality
progress”.
Di masa modern
sekarang agama adalah kebutuhan pokok yang tidak bisa lupakan, bahkan tidak
sesaat-pun manusia mampu meninggalkan agamanya, yang mana agama adalah
pandangan hidup dan praktik penuntun hidup dan kehidupan, sejak lahir sampai
mati, bahkan sejak mulai tidaur sampai kembali tidur agama selalu akan
memberikan bimbingan, demi menuju hidup sejahtera dunia dan akhirat. Ponsel
yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari masyarkat Indonesia bisa
menjadi alat bantu untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan melalui
fitur-fitur spiritual.
Maraknya
penggunaan fitur spiritual ini sebenarnya tak hanya merebak di Indonesia.
Menurut Craig Warren Smith, Senior
Advisor University of Washington’s Human Interface Technology Laboratory,
spiritual computing telah ada di negara-negara lain, seperti penggunaan fitur
spiritual untuk umat Budha. Menurut Craig, nantinya fitur spritual akan menjadi
faktor penting dalam keagamaan.
Berdasarkan
penelitian beberapa ahli dari Georgia Institute
of Technology Atlanta dan Computer
Science & Engineering, University of Washington tentang Sacred Imagery
in Techno-Spiritual Design, biasanya orang memakai fitur spiritual semacam ini
untuk mendukung aktivitas ibadah mereka. Misalnya Gospel Spectrum, sebuah
sistem visualisasi informasi yang memungkinkan penggunanya mempelajari Bible
secara visual. Belum lagi fitur spritual untuk umat Budha dan sebagainya.
Salah satu
contoh fitur spiritual yang dekat dengan masyarakat Indonesia saat ini adalah
Athan Time. Aplikasi ini mengingatkan penggunanya untuk menjalankan solat lima
waktu. Ini merupakan salah satu fitur yang dibuat untuk mendukung praktik
techno-spiritual secara efektif. Selain itu, fitur ini juga berfungsi
menghubungkan orang dengan pengalaman religius mereka.
Beberapa
responden dari penelitian yang dilakukan oleh Susan P. Wyche, Kelly E. Caine,
Benjamin K, Davison, Shwetak N. Patel, Michael Arteaga, dan Rebecca E. Grinter
menyebutkan, penggunaan fitur spiritual Islami, membuat mereka “melihat dan
merasakan” spiritualitas yang ada.
Menurut Abraham
Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau
disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan
dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia
sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi. Kebutuhan
maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkat
ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat
kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di
bawahnya.
Lima (5)
kebutuhan dasar Maslow – disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting
hingga yang tidak terlalu krusial :
1. Kebutuhan Fisiologis. Contohnya adalah :
Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis
seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan. Contoh
seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit,
bebas dari teror, dan lain sebagainya.
3. Kebutuhan Sosial. Misalnya adalah :
memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan
lain-lain.
4. Kebutuhan Penghargaan. Contoh : pujian,
piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri. Adalah
kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan
minatnya
6. Menjelang akhir hayatnya, Abraham Maslow
menyadari dan menemukan adanya kebutuhan yang lebih tinggi lagi pada sebagian
manusia tertentu, yaitu yang disebut sebagai : kebutuhan transcendental.
Berbeda dengan kebutuhan lainnya yang bersifa horizontal (berkaitan hubungan
antara manusia dengan manusia), maka kebutuhan transcendental lebih bersifat
vertikal (berakaitan dengan hubungan manusia dengan Sang Pencipta). Muthahhari,
Seorang filsuf muslim dunia yang menghasilkan banyak karya filosofis berharga–
pernah menyatakan bahwa manusia itu sejati dan senyatanya adalah sosok makhluk
spiritual.
Maka tak aneh kalau kemudian muncul istilah Spritual
Quantient (SQ) yang membahas ‘siapa saya’. Istilah SQ menjadi populer melalui
buku SQ: Spritual Quotient,The Ultimate Intelligence (London, 2000) karya Danah
Zohar dan Ian Marshall, masing-masing dari Harvard University dan Oxford
University. SQ diklaim memiliki dasar dan bukti ilmiah. Pakar neurosains pada
tahun 1990-an menemukan adanya “Titik Tuhan” atau God Spot di dalam otak. Titik
Tuhan ini adalah sekumpulan jaringan saraf yang terletak di daerah lobus
temporal otak, bagian yang terletak di balik pelipis. Dari eksperimen yang
menggunakan sensor magnetis ditemukan adanya korelasi antara aktivitas berpikir
tentang hal sakral seperti kedamaian, cinta, kesatuan, Tuhan dengan aktivitas
magnet pada lobus temporal otak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Manusia sebagai mahluk individu artinya manusia merupakan satu
kesatuan antara jasmani dan rohani. Seseorang dikatakan sebagai individu
apabila kedua unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
- Selain sebagai makhluk individu juga, manusia adalah makhluk sosial.
Salah satunya dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan
atau berinteraksi dengan orang lain yang satu sama lain saling
membutuhkan. Untuk menjadi pribadi yang bermakhluk sosial setiap individu
dihadapkan dengan sosialisasi, yaitu suatu proses dimana seseorang
belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
- Adapun yang dimaksud masyarakat setempat atau komunitas berbeda dengan
masyarakat. Masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedang
masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh kawasan
tertentu. Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuannya lebih
erat pada masyarakat setempat dibandingkan dengan masyrakat.
- Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu dihadapkan
oleh dua kepentingan yaitu kepentingan individu dan sosial. Persoalan
pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua
pandangan yang berkembang yaitu pandangan individualisme dan pandangan
sosialisme. Sebetulnya kedua kepentingan tersebut tidak dapat dipisahkan
dan bukanlah pilihan.
3.2 Saran
Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis
merumuskan saran sebagai berikut.
- Setiap individu hendaknya sadar bahwa mereka adalah sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial, sehingga mereka mampu menghargai satu sama
lain dalam arti tidak mengambil hak orang lain ketika bertindak sebagai
makhluk sosial dan sebaliknya.
- Dalam upaya pendidikan hendaknya para pendidik harus menghormati
keindividualitasan, karakteristik, keunikan dan kepribadian anak.
pendidikan tidak boleh memaksa anak untuk mengikuti dan menuruti segala
kehendaknya, karena dalam diri anak ada suatu prinsip pembentukan dan
pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri.
- Pembentukan proses sosialisasi pada anak dalam interaksi sosial
hendaknya harus didukung oleh semua pihak. Keluarga, lingkungan masyarakat
juga tenaga pendidik harus membantu menstimulasinya.
- Kesempatan berinteraksi akan sangat dibutuhkan oleh anak dalam
bersosialisasi dengan orang lain. Hendaknya kita sebagai calon guru dan
calon ibu harus sadar bahwa pemberitahuan, pemberian contoh dan pembiasaan
sangat penting dan dibutuhkan dalam bersosialisasi dengan orang lain
dimasyarakat.
[1]
Sumber:
buku ilmu sosial & budaya dasar (drs.Herimanto, M.Pd., M.si, Winarno,
S.Pd., M.Si)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Manusia sebagai mahluk individu artinya manusia merupakan satu kesatuan antara jasmani dan rohani. Seseorang dikatakan sebagai individu apabila kedua unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
- Selain sebagai makhluk individu juga, manusia adalah makhluk sosial. Salah satunya dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain yang satu sama lain saling membutuhkan. Untuk menjadi pribadi yang bermakhluk sosial setiap individu dihadapkan dengan sosialisasi, yaitu suatu proses dimana seseorang belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
- Adapun yang dimaksud masyarakat setempat atau komunitas berbeda dengan masyarakat. Masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedang masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh kawasan tertentu. Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuannya lebih erat pada masyarakat setempat dibandingkan dengan masyrakat.
- Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu dihadapkan oleh dua kepentingan yaitu kepentingan individu dan sosial. Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang berkembang yaitu pandangan individualisme dan pandangan sosialisme. Sebetulnya kedua kepentingan tersebut tidak dapat dipisahkan dan bukanlah pilihan.
3.2 Saran
Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis
merumuskan saran sebagai berikut.
- Setiap individu hendaknya sadar bahwa mereka adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga mereka mampu menghargai satu sama lain dalam arti tidak mengambil hak orang lain ketika bertindak sebagai makhluk sosial dan sebaliknya.
- Dalam upaya pendidikan hendaknya para pendidik harus menghormati keindividualitasan, karakteristik, keunikan dan kepribadian anak. pendidikan tidak boleh memaksa anak untuk mengikuti dan menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri anak ada suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri.
- Pembentukan proses sosialisasi pada anak dalam interaksi sosial hendaknya harus didukung oleh semua pihak. Keluarga, lingkungan masyarakat juga tenaga pendidik harus membantu menstimulasinya.
- Kesempatan
berinteraksi akan sangat dibutuhkan oleh anak dalam bersosialisasi dengan
orang lain. Hendaknya kita sebagai calon guru dan calon ibu harus sadar
bahwa pemberitahuan, pemberian contoh dan pembiasaan sangat penting dan
dibutuhkan dalam bersosialisasi dengan orang lain dimasyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar