Selasa, 25 Oktober 2016

AKHLAK DALAM ISLAM


diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam Dosen Indra Nurul Hayat.
oleh saya sendiri


Hasil gambar untuk logo akamigas
TEKNIK KIMIA A
AKAMIGAS BALONGAN
INDRAMAYU

2016



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, dan tak lupa pula penulis mengirim salam dan salawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawakan penulis suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Akhlak” ini dengan lancar.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab : 21)
Adapun makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan agama Islam serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan tema. Akhir kata, tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penulisan makalah ini, juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.





Indramayu, 24 Oktober 206
Penyusun






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................. 3
2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak Serta Perbedaannya Dengan Moral
      Dan Etika ……………………………………………...……….………....3
2.2 Akhlak Terhadap Allah,Kepada Manusia Dan Lingkungan Hidup .......... 10
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14
3.2 Saran .......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 15




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Akhlak merupakan tiang yang menopang hubungan yang baik antara hamba dengan Allah SWT (habluminallah) dan antar sesama umat (habluminannas). Akhlak yang baik akan hadir pada diri manusia dengan proses yang panjang, yaitu melalui pendidikan akhlak. Banyak kalangan di dunia ini menawarkan pendidikan akhlak yang mereka yakini kebaikannya, tetapi tidak semua dari pendidikan tersebut mempunyai kaidah-kaidah yang benar dalam Islam. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan yang terbatas dari pemikiran manusia itu sendiri.   
Sementara pendidikan akhlak yang dibawa oleh Islam merupakan sesuatu yang benar dan tidak ada kekurangannya. Pendidikan akhlak yang ditawarkan Islam berasal langsung dari Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melaui malaikat Jibril dengan Al Quran dan Sunnah kepada umat Rasulullah.
Rasulullah SAW sebagai teladan yang paling baik memberikan pengetahuan akhlak kepada para keluarga dan para sahabat Rasulullah SAW, sehingga orang-orang dekat Rasulullah SAW mampu memiliki akhlak yang tinggi di hadapan umat lain dan akhlak mulia di hadapan Allah.  Sebagai umat Islam yang baik dan beriman kepada Allah, setiap langkah kita sebaiknya merupakan implementasi dari keteladanan akhlak luhur yang dimiliki Rasullullah.
Pandangan bahwa kehidupan dengan landasan akhlak adalah sesuatu yang kuno dan ketinggalan zaman serta jauh dari kemodernan harus kita hapuskan dari pemikiran kita. Kemunduran moral yang terjadi di seluruh penghujung dunia seharusnya menjadi keprihatian sendiri bagi seluruh umat. Semestinya manusia sadar dan kembali kepada fitrahnya sebagai manusia yang diciptakan Allah dengan akhlak yang mulia. Orang yang paling sempurna keimannannya adalah orang yang baik akhlaknya. Akhlak Islam yang mulia ini akan membawa umat  untuk selamat hidupnya di  dunia dan akhirat 
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pegertian akhlak?
2.      Bagaimana ruang lingkup akhlak dalam Islam?
3.      Apa perbedaan akhlak dengan moral dan etika?
4.      Bagaimana akhlak terhadap Allah?
5.      Bagaimana akhlak kepada manusia?
6.      Bagaimana akhlak kepada lingkungan hidup?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian akhlak.
2.      Memahami ruang lingkup akhlak dalam Islam.
3.      Mengetahui perbedaan akhlak dengan moral dan etika.
4.      Mengetahui akhlak terhadap Allah.
5.      Mengetahui akhlak kepada manusia.
6.      Serta dapat akhlak kepada lingkungan hidup.

1.4     MANFAAT
1.   Memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai akhlak, etika dan moral sesuai dengan agama islam.
2.      Pembaca diharapkan dapat membedakan baik buruknya perilaku seseorang.
3.      Pembaca diharapkan mampu merubah akhlak yang kurang baik menjadi akhlak yang sesuai ajaran islam.
Sebagai pedoman dan tolak ukur berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.




BAB II
DASAR TEORI

2.1 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP AKHLAK SERTA PERBEDAANYA DENGAN MORAL DAN ETIKA
Komponen (utama) agama Islam. Akidah, syari’ah dan akhlak. Peggolongan itu didasarkan pada penjelasan Nabi Muhammad kepada malaikat Jibril di depan para sahabatnya mengenai arti iman, Islam, dan ihsan yang dinyatakan Jibril kepada beliau. Intinya hampir sama dengan isi yang dikandung oleh perkataan akibah, syari’ah dan akhlak. Perkataan ihsan (tersebut di atas) berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsanun yang berarti berbuat kebaikan atau berbuat baik. Di dalam al-Quran terdapat kata ihsan yang artinya berbuat kebajikan atau kebaikan (antara lain pada surat an-Nahl (16) ayat 90) dan kebaikan (pada surat ar-Rahman (55) ayat 60). Baik kebajikan maupun kebaikan rapat hubungannya dengan akhlak yakni kadaan yang melekat pada jiwa manusia yang melahirkan perbuatan, mungkin baik mungkin buruk.
Perkataan akhlak dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlak, bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis (bersangkutan dengan cabang ilmu Bahasa yang menyelidiki asal usul kata serta perubahan-perubahan dalam bentuk dan makna) antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at[1]. Dalam keputustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin buruk, seperti telah disebut di atas.
Budi pekerti, perangai[2], tingkah laku atau tabi’at, kita ketahui maknanya dalam percakapan sehari-hari. Namun, agar lebih jelas, tidak ada salahnya kalau dituliskan juga di antaranya dalam uraian ini. Budi pekerti adalah kata majemuk perkataan budi dan pekerti, gabungan kata yang berasal dari Bahasa Sansekerta budi artinya alat kesadaran (batin), sedang dalam Bahasa Indonesia pekerti berarti kelakuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) budi pekerti ialah tingkah laku, perangai, akhlak. Budi pekerti mengandung makna perilaku yang baik, bijaksana dan manusiawi. Di dalam perkataan itu tercermin sifat, watak seseorang dalam perbuatan sehari hari. Budi pekerti sendiri mengandung pengertian positif. Namun, penggunaan atau pelaksanaannya yang mungkin negatif. Penerapannya (itu) tergantung pada manusianya. Oleh karena itu, apabila orang mengatakan budi pekerti si Amat baik, kata kata itu menunjukan penilaian positif yang diberikan orang kepada pribadi Amat. Sebaliknya, kalau orang mengatakan budi pekerti si Amin buruk, perkataan itu menunjukan penilaian negatif terhadap pribadi Amin.
Kalau perkataan budi pekerti di hubungkan dengan perangai, kata budi pekerti itu mengandung arti yang lebih dalam karena telah mengenai sifat dan watak yang dimiliki seseorang, sifat dan watak yang telah melekat pada diri pribadi, telah menjadi kepribadian-nya. Dapat juga dikatakan bahwa perangai adalah sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang. Pembentukanya kearah baik atau buruk, ditentukan oleh berbagai faktor, terutama faktor orang tua dalam keluarga. Perkataan perangai itu sendiri, sebagaimana budi pekerti, mengandung makna ideal (sesuatu yang dicita-citkan, yang dikehendaki). Namun, penerapannya yang mungkin menimbulkan penilaian positif atau negatif, tergantung pada perilaku atau tingkah laku orang yang memiliki perangai itu.
Kalau perkataan budi pekerti dihubungkan dengan akhlak, jelas, seperti yang disebutkan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia di atas, kedua duanya mengandung makna yang sama. Budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan atau penerapanya melalui tingkah laku yang mungkin positif, mungkin negatif, mungkin baik mungkin buruk. Yang termasuk ke dalam pengertian positif (baik) adalah segala tingkah laku, tabi’at, watak dan perangai yang sifatnya benar, amanah, sabar, pemaaf, pemurah, rendah hati dan lain-lain sifat yang baik. Sedang yang termasuk kedalam pengertian akhlak atau budi pekerti yang buruk adalah semua tingkah laku, tabi’at, watak, perangai sombong, dendam, dengki, khianat dan lain lain sifat sifat yang buruk. Yang menentukan suatu perbuatan atau tingkah laku itu baik atau buruknya adalah nilai dan norma agama, juga kebiasaan atau adat istiadat.
Akhlak Islami, seperti yang telah dikemukakan di atas adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia. Karena itu suatu perbuatan baru dapat disebut pencerminan akhlak, jika memenuhi beberapa syarat. Syarat itu antara lain adalah:
1.      Dilakukan berulang ulang, jika dilakukan sekali saja, atau jarang-jarang, tidak dapat dikatakan akhlak. Jika seseorang tiba-tiba, mislanya, memberi uang (derma) kepada orang lain karena alasan tertentu, orang itu tidak dapat dikatakan berakhlak dermawan.
2.      Timbul dengan sendirinya, tanpa dipikir-pikir atau ditimbang berulang-ulang karena perbuatan itu telah menjadi kebiasaan baginya. Jika suatu perbuatan dilakukan setelah dipikir-pikir dan ditimbang-timbang, apalagi karena terpaksa, perbuatan itu bukanlah pencerminan akhlak[3]

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Ia dengan takwa, yang akan dibicarakan nanti, merupakan”buah”pohon Islam yang berakarkan akidah, bercabang dan berdaun syari’ah. Pentingnya kedudukan akhlak, dapat dilihat dari berbagai Sunnah qauliyah (Sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah. Di antaranya adalah”sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (Hadis Rawahu Ahmad); “mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya” (H.r. Tarmizi). Dan, akhlak Nabi Muhammad, yang diutus menyempurnakan akhlak manusia itu, disebut akhlak islam atau akhlak islami, karena bersumber dari wahyu Allah yang kini terdapat dalam al-Quran yang menjadi sumber utama agama dan ajaran Islam.
Di kalangan umat islam masalah yang penting ini sering kurang digambarkan secara baik dan benar kalua dibangdingkan dengan penggambaran tentang syari’at, terutama yang berhubungan dengan sholat; sehingga, akibatnya, karena tidak mengenal butir-butir akhlak menurut agama Islam, dalam praktik, tingkah laku kebanyakan orang islam tidak sesuai dengan akhlak islami yang disebut di dalam  al-Quran dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam kehidupan beliau sehai hari. Suri tauladan yang diberikan Rasullah selama hidup beliau merupakan contoh akhlak yang tercantum dalam al-Quran. Butir-butir akhlak yang baik yang di sebut dalam al Hadis yang memuat perkataan, tindakan dan sikap diam Nabi Muhammad selama kerasula beliau 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun du Madinah. Menurut Aisyah, yang banyak sekali meriwayatkan sunnah Rasulullah, akhlak nabi Muhammad adalah (seluruh) isi al-Quran. Umat Islam seharusnya bersyukur karena Allah telah mengutus seorang insan kamil (manusia sempurna) ke dunia ini untuk diteladani. Sayang sekali, manusia yang sesungguhnya wajib menjadi idola kaum muslimin dan muslimat itu (seperti) kurang dikenal oleh umat Islam sendiri karena tidak mempelajari sejarah hidup rasulullah secara sistematis, baik dan benar. Dahulu, juga sekarang, pada bulan rabi’ul awal disakan hari lahir Nabi Muhammad, yang disebut maulid nabi. Pada waktu akhir akhir ini, terutama di Jakarta,perayaan maulid nabi tidak lagi dibarengi dengan hidangan yang enek-enak, tetapi dengan acara khusus menjelaskan riwayat hidup Nabi Muhammad dalam berbagai aspeknya, terutama aspek akhlak yang seyogyanya ditelani oleh umat islam baik dia muslim maupun muslimat. Di masa lampau peringatan maulid Nabi Muhammad yang semula dimaksud untuk menghormati beliau dan mencontoh akhlaknya, dilakukan di kampung–kampung dengan suatu acara khusus yang diakhiri dengan makan bersama menikmati makanan sumbangan masyarakat di tempat bersangkutan. Dahulu, peringatan maulid Nabi Muhammad diselenggarakan dengan membaca kitab Barzanji yang ditulis dalam bahasa Arab yang tidak diketahui artinya oleh pendengar. Oleh karena keadaanya demikian, pada suatu ketika, pernah, perayaan maulid Nabi Muhammad dinyatakan tidak ada gunanya diselenggarakan. Sebabnya adalah karena akhlak Rasulullah mengenai berbagai bidang hidup dan kehidupan manusia, tidak ditampilkan dalam acara tersebut. Sesungguhnya, pringatan maulid Nabi Muhammad, baik diadakan, asal dalam setiap upacara ditampilkan, sekurang-kurangnya, secara umum akhlak beliau yang perlu di contoh diteladani umat Islam.
Akhlak adalah sikap yang melahirkan pernuatan tingkah laku manusia. Karena itu, selain dengan akidah, akhlak tidak dapat diceraipisahkan dengan syari’ah. Syari’ah mempunyai lima kategori penilaian tentang perbuatan dan tingkah laku manusia, disebut al-ahkam al-khamsah seperti yang telah di uraikan di muka. Kategori penilaian itu tidak hanya wajib dan haram, tetapi juga sunnat, makruh, dan mubah atau ja’iz. Wajib dan haram, termasuk dalam kategori hukun (duniawi) terutama, sedang sunnat, makruh dan mubah termasuk dalam kategori kesusilaan atau akhlak. Sunnat dan makruh termasuk dalm kategori kesusilaan umum atau kesusilaan masyarakat sedang mubah atau ja’iz termasuk dalam kategori kesusilaan atau akhlak pribadi. Jelaslah kalau dihubungkan dengan ihsan dalam melakukan ibadah. Ihsan, dalam beribadat, adalah melakukan shalat, misalnya, dengan baik dan khusuk (sungguh-sungguh, penuh penyerahan dan kebulatan hati, dengan kerendahan hati) seolaholah yang melakukan shalat itu sedang melihat atau berhadapan langsung dengan Allah. Kalau tidak dapat membayangkan melihat Allah, kata hadis nabi yang berasal dari ummar bin khatab itu, sekurang-kurangnya merasakan bahwa Allah melihat dia. Karena syari’ah atau hokum islam mencakup segenap aktivitas manusia, maka ruang lingkup akhlak pun dalam Islam meliputi semua aktivitas manusia dalam segala bidang hidup dan kehidupan.
Dalam garis besarnya, seperti telah disebut di depan, akhlak dibagi dua. Pertama adalah akhlak terhadap Allah atau Khalik (Pencipta), dan kedua adalah akhlak terhadap makhluk (semua ciptaan Allah). Akhlak terhadap Allah dijelaskan dan di kembangkan oleh ilmu tasawuf dan tarikat-tarikat, sedangkan akhlak terhadap makhluk di jelaskan dalam ilmu akhlak, (dalam bahasa asing disebut ethics). Ilmu akhlak, dilihat dari sudut etimologi ialah upaya untuk mengenal budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at seseorang sesuai esensinya.diapandang dari terminology,ilmu akhlak (ethics dalam bahasa Inggris) adalah ilmu yang mentukan batas antara baik dan buruk, antara yang tepuji dengan yang tercela tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin[4]. Akhlak terhadap makhluk dibagi menjadi dua yaitu
1.      Akhlak terhadap manusia
a.       Akhlak terhadap diri sendiri
b.      Akhlak terhadap orang lain
2.      Akhlak terhadap bukan manusia
a.       Akhlak terhadap makhluk hidup bukan manusia
b.      Akhlak terhadap makhluk mati bukan manusia
Akhlak terhadap manusia dan bukan manusia, kini disebut akhlak terhadap lingkungan hidup. Butir-butir masing-masing akhlak akan disebutkan di bawah.
Selain degan kata-kata tersebut dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1989), perkataan akhlak sering juga di samakan dengan kesusilaan (telah disinggung) diatas atau sopan santun. Bahkan, supaya kedengarannya lebih ‘modern’ dan ‘mendunia’, perkataan akhlak budi pekerti dan lain-lain itu, kini, sering diganti dengan kata moral dan etika. Penggantian itu sah-sah saja dilakukan, asal saja orangnya mengetahui dan memahami perbedaan arti kaya-kata yang dimaksud.
Perkataan moral berasal dari bahasa Latin mores, jamak kata mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut di atas, moral artinya ajaran tentang baik-buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, akhlak. Moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik, buruk. Dimasukkanya penilaian benar atau salah ke dalam moral, jelas menunjukan salah satu perbedaan moral dengan akhlak, sebab salah benar  adalah penilaian dipandang dari sudut hokum yang di dalam agama Islam tidak dapat diceraipisahkan dengan akhlak, seperti telah disinggung di atas. Dalam Ensiklopedia Pendidikan (1976) Sugarda Poerbakarwatja menyebutkan, sesuai dengan makna aslinya dalam bahasa latin (mos), adat istiadat menjadi dasar unuk menentukan apakah perbuatan seseorang baik atau buruk. Oleh karena itu pula untuk mengukur tingkah laku manusia, baik atau buruk, dapat dilihat apakah perbuatan itu sesuai dengan adat istiadat yang umum diterima kesatuan social atau lingkungan tertentu. Karena demikian halnya, maka dapat dikatakan, baik atau buruk suatu perbuatan secara moral, bersifat lokal[5].
Perkataan etika berasal dari bahsa yunani ethos yang berarti kebiasaan. Yang dimaksud adalah kebiasaan baik atau kebiasaan buruk. Dalam kepustakaan, umumnya, kata etika diartikan sebagai ilmu. Makna etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, misalnya, adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak. Di dalam Ensiklopedia Pendidikan tersebut, diterangkan bahwa etika adalah sifat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Kecuali mempelajari nilai-nilai, etika merupakan pengetahuan tentang nilai nilai itu sendiri. Sebagai cabang filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan baik atu buruk, ukuran yang dipergunkanya adalah akal pikiran . akallah yang menentukan apakah perbuatan manusia itu baik atau buruk. Kalau moral dan etika diperbandingkan, moral lebih bersifat praktis, sedangkan etika lebih bersifat teoretis. Moral bersikap lokal, etika bersifat umum (regional).
Sebelum membandingkan akhlak dengan moral dan etika, tidak ada salahnya kalua disebut juga padanan lain akhlak yaitu kesusilaan. Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ked dan akhiran an. Susila dalam bahasa Sansekerta terdiri dari su dan sila. Su artinya baik atau bagus dan sila berarti sikap, dasar, peraturan hidup atau norma. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesusilaan artinya perihal susila (beradab, sopan, tertib), berkenaan dengan adab (kesopanan, kehalusan, dan kebaikan budi pekerti) dan sopan santun, sesuai dengan norma norma-norma tata susila[6], menurut kebiasaan di suatu tempat pada suatu masa.
Akhlak islami yang telah diuraikan di atas, berbeda dengan moral dan etika. Perbedaan dapat dilihat terutama dari sumber yang menentukan mana yang baik mana yang buruk. Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama; nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Yang buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat dan diri sendiri. Yang menentukan baik atau buruk suatu sikap (akhlak) yang melahirkan perilaku atau perbuatan manusia, di dalam agama dan ajaran Islam adalah al-Quran yang dijelaskan dan dikembangkan oleh Rasulullah dengan sunnah beliau yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadis. Yang menentukan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah adat-istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat di suatu masa. Oleh karena itu, dipandang dari sumbernya, akhlak Islami bersifat tetap dan berlaku untuk selama-lamanya, sedangkan moral dan etika berlaku selama masa tertentu di suatu tempat tertentu. Konsekuensinya, akhlak Islam bersifat mutlak, sedangkan moral dan etika bersifat relative (nisbi). Perbedaan pengertian ini harus dipahami supaya kita dapat membedakan sifat dan isi akhlak, moral dan etika, walaupun dalam masyarakat ketiga istilah itu disinonimakan dan dipakai silih berganti untuk menunjukan sesuatu yang baik atau buruk, kendatipun astilah akhlak, tampaknya, makin lama makin terdesak.



2.2             AKHLAK TERHADAP ALLAH, KEPADA MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Butir-butir akhlak di dalam al-Quran dan al-Hadis bertebaran laksana gugusan bintang-bintang di langit. Karena banyaknya tidak mungkin semua dicatat di ruang ini. Lagi pula, selain satu butir dapat dilihat dari berbagai segi juga mempunyai kaitan bahkan persamaan takwa. Dalam ruangan ini, karena itu, hanya dicantumkan beberapa saja sebagai contoh.
1.      Akhlak terhadap Allah (khlalik) antara lain adalah :
a.       Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapa pun juga dengan mempergunakan firman-Nya dalam al-Quran sebagai pedoman hidup dan kehidupan;
b.      Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya;
c.       Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridhoan Allah;
d.      Mensyukuri nikmat dan karunia Allah;
e.       Menerima dengan ikhlas semua Qada dan Qadar Ilahi setelah Berikhtiar maksimal (sebanyak-banyaknya, hingga batas tertinggi);
f.       Memohon ampunan hanya kepada Allah;
g.      Bertaubat hanya kepada Allah.
h.      Tawakkal (berserah diri) kepada Allah.

2.      Akhlak terhadap makhluk, dibagi menjadi dua :
a.       Akhlak terhadap manusia :
1.      Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad) antara lain :
a.       Mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya;
b.      Menjadikan Rasulullah sebagai idola, suri tauladan dalam hidup dan kehidupan;
c.       Menjalankan apa yang disuruhnya, tidak melakukan apa yang dilarangya.
2.      Akhlak terhadap Orang tua antara lain :
a.       Mencintai mereka melebihi kerabat lainya;
b.      Merendahkan diri pada keduanya diiringi perasaan kasih sayang;
c.       Berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat, mempergunakan kata-kata lembut;
d.      Berbuat baik kepada ibu-bapak dengan sebaik-baiknya;
e.       Mendo’akan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia
3.      Akhlak terhadap diri sendiri antara lain :
a.       Memelihara kesucian diri;
b.      Menutup aurat (bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, menurut hukum dan akhlak Islam);
c.       Jujur dalam perkataan maupun perbuatan;
d.      Ikhlas;
e.       Sabar;
f.       Rendah hati;
g.      Malu melakukan perbuatan jahat;
h.      menjauhi dengki;
i.        Menjauhi dendam;
j.        Berlaku adil terhadap diri sendiri dan oorang lain;
k.      Menjauhi segala perkataan dan perbuatan siasia.
4.      Akhlak terhadap keluarga,karib kerabat, antara lain :
a.       Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga;
b.      Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak;
c.       Berbakti kepada ibu-bapak;
d.      Mendidik anak-anak dengan kasih sayang;
e.       Memelihara hubungan silaturahmi dan melanjutkan silaturahmi yang dibina orangtua yang telah meniinggal dunia.
5.      Akhlak terhadap tetanggga, antara lain :
a.       Saling mengunjungi;
b.      Saling bantu satu sama lain;
c.       Saling beri-memberi;
d.      Saling menghormati;
e.       Saling menghindari pertikaian atau permusuhan.
6.      Akhlak terhadap masyarakat, antara lain :
a.       Memuliakan tamu;
b.      Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat;
c.       Saling menolong dalam melakukan kebajikan dan takwa;
d.      Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri dan orang lain melakukan perbuatan jahat (mungkar);
e.       Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan kehidupannya;
f.       Bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama;
g.      Mentaati putusan yang diambil;
h.      Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan seseorang atau masyarakat kepada kita;
i.        Menepati janji.
b.      Akhlak terhadap bukan manusia (Lingkungan Hidup) antara lain :
1.      Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup;
2.      Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, flora, dan fauna (tumbu-tumbuhan dan hewan) yang sengaja diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk lainya;
3.      Sayang pada sesama makhluk.


[1] (Rachmat Djatnika, 1987:25)
[2]  Pe-ra-ngai adalah sifat batin manusia yang mempengharuhi segenap pikiran dan perbuatan
[3] (Ensiklopedia Islam,jilid I, 1993: 102).
[4] (Asmaran AS. 1994:4,5)
[5] (Asmaran AS, 1994: 4).
[6] (Asmaran AS 1994: 10)




BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Akhlak merupakan suatu perlakuan yang tetap sifatnya di dalam jiwa seseorang yang tidak memerlukan daya pemikiran di dalam melakukan sesuatu tindakan. Berdasarkan apa yang telah menjadi pokok bahasan pada materi di atas, maka secara sederhana dapat di tarik sebuah kesimpulan yaitu akhlak merupakan cerminan dari agama Islam itu sendiri, dimana bila akhlak seorang manusia mencerminkan sebuah kebaikan, kesucian, kesopanan dan lain sebagainya yang bertujuan menggapai ridho Allah. Yang menjadi ukuran baik dan buruknya akhlak adalah syarak, iaitu apa yang diperintahkan oleh syarak, itulah yang baik dan apa yang dilarang oleh syarak itulah yang buruk. Perkembangan teknologi dapat mempengaruhi lingkungan serta kebudayaan masyarakat. Apabila dalam dingkungan masyarakat tersebut tidak memiliki tembok yang kuat, niscaya keruntuhan Akhlak dan morallah yang akan terjadi. Yaitu di mulai dengan hilangnya norma-norma dalam masyarakat tersebut.

B.       Saran
Kerusakan akhlak pada manusia di sebabkan oleh pengaruh lingkungan yang semakin hari, semakin kebarat baratan yang selalu menurutu hawa nafsu yang menggebu-gebu dalam menggapai ataupun meraih sebuah tujuan. Namun dengan adanya pengaruh syaitan yang sangat kuat dalam diri manusia itu sendiri, yang menjadikan tujuan  yang baik, menjadi merosot kearah keburukan yang menyesatkan kehidupan manusia baik di dunia maupun akhirat. Untuk itu marilah kita secara sadar dan bersama-sama menjalanka kaidah dan menguatkan nlai-nilai aqidah islam dalam jiwa kita degan sebaik-baiknya.
itulah paparan mengenai Makalah Ahklak Dalam Islam dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.


DAFTAR PUSTAKA

As,Asmara: Pengantar Studi Akhlak,Jakarta,Rajawali,1994.
Din,Haron dkk.: Manusia dan islam, jilid 1, 2, dan 3, Kuala Lumpur, Dewan Bahasa dan Pustaka,990.
Djatnika, Rachmat: system Ethika Islam, Surabaya, Pustaka Islam,1987
Raliby,Osman: Allah,Alam dan Manusia, Jakarta,Fajar Sidiq,t.t
Saltut, Mahmud: Akidah dan Syari’ah jilid 1 dan 2, Jakarta, Bina Aksara, 1985 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar